AGAMA YANG BAIK MEMILIKI BUDAYA YANG BAIK

AGAMA YANG BAIK MEMILIKI BUDAYA YANG BAIK

            Hindu adalah agama tertua di dunia, sejarah menunjukkan bahwa Hindu beruumur 5000 tahun sebelum masehi. Namun berdasarkan teori Zaman, atau Yuga. Umur agama Hindu sudah berkisar jutaan tahun yang lalu. Manusia pertama di dalam agama Hindu ialah Svayambu Manu. Manu berasal dari kata “Manah” yang berarti pikiran sedangkan makna dari kata Manu sendiri adalah sosok yang mampu berpikir. Kata manu kemudian berkembang menjadi manusia dalam bahasa Indonesia, dan Man dalam bahasa Inggris.

Dulunya Agama Hindu bernama Sanatana Dharma, yang berarti Kebenaran tiada Akhir. Kemudian berkembang menjadi Agama Hindu yang berasal dari kata sungai Sindu. Keberadaan Agama Hindu pada zaman dahulu diusik oleh Raksasa yang menganggu kedamaian di dunia. Namun Oleh kemahakuasaan Tuhan. Tuhan menjelma Menjadi Avatara Guna menyelamatkan Umatnya Dari Kesengsaraan. Avatara di dalam Hindu ada 10 dan yang paling terkenal adalah Rama, Krsna dan Budha avatara.

 

Didalam Agama Hindu, ada dua jenis Veda, Yakni Veda Sruti dan Smerti, Veda Sruti adalah Veda yang merupakan vahyu dari Tuhan secara langsung. Sedangkan Veda Smrti adalah Veda yang merupakan Tulisan oleh orang-orang suci pada zaman dahulu, dimana tulisan tersebut bukan semata-mata di karang melainkan di tulis berdasarkan pemahan orang suci terdahulu yang berlandaskan kebenaran. Inilah mengapa Agama Hindu menjadi Agama Yang Universal, karena pada dasarnya manusia terlahir sudah membekali Weda dalam Pikirannya. Yang disebut Smrti, smrti ada yang tertulis dalam kitab ada juga yang tidak. Cara sembahyang orang Hindu di Indonesia dengan India sudah berbeda, bahkan antar keluarga A dengan Keluarga B juga terdapat perbedaan. Namun tetap berlandaskan kebenaran Veda itu sendiri. Bentuk Ke-Universalan Hindu adalah bagian dari kemahakuasaan Tuhan.

 

BUDAYA YANG BAIK

            Mengapa agama yang baik, menentukan budaya yang baik? Seperti yang kita ketahui Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Sedangkan Budi dan akal manusia akan terbentuk dari berbagai unsur, salah satunya adalah Agama. Berikut adalah Budaya-budaya agama Hindu yang sangat populer di mata dunia :

1. Karya Pelebon/Ngaben :

Pelebon atau ngaben adalah budaya bali yang sangat kental di masyarakat. Pelebon adalah proses pembakaran mayat yang dibahasakan untuk raja dan orang-orang bangsawan. Sedangkan ngaben untuk orang-orang biasa.

Ketika seseorang meninggal dunia, umat Hindu tidak langsung membakar mayat saat itu juga, melainkan menunggu hari baik agar mereka yang meninggal bisa mendapatkan tempat yang baik. Untuk kalangan bangsawan atau brahamana biasanya menunggu waktu sampe 1,5 bulan dan di awetkan.

 

Proses Pelebon

Foto 1.1 jasad diring menuju pasangglahan melewati kain putih

Jasad yang sudah meninggal dan sudah dimandikan di iring menuju pasangglahan (tempat pembakaran) di mana para warga yang mengarak bade, Lembu dan peralatan lain harus melewati kain putih sebagai lambang kesucian. Sepanjang jalan dari Griya menuju pasangglahan akan di pasang kain putih.

 

Foto 1.2 jasad Diletakkan di atas Bade

Jasad beliau yang sudah meninggal, akan diletakkan di atas Bade bersimpang 3 sebagai tempat singgasana beliau seorang Pedande. Bade merupakan simbol Brahma Wisnu dan Siwa, di bawah bade ditelakkan Kurma avatara sebagai penyangga dan di bagian belakang bade diletakkan Garuda Wisnu, atau Wahana Wisnu yang juga turut serta menunutun jasad menuju tempat yang baik. Dari gambar diatas, Di bagian depan Bade, terdapat Benang berwarna Putih yang diikat di badan Sang Jasad yang di ulur kedapan sepanjang 12 meter . dimana benang-benang tersebut harus dipegang oleh anak, cucu serta keluarga-keluarga dari mereka yang telah meninggal. Agar kelak jasad yang sudah meninggal, ketika ia terlahir kembali didunia, sang jasad akan lahir dilingkungan keluarga tersebut. Disamping itu hal ini juga bertujuan agar hubungan kekeluargaan antara beliau yang meninggal tidak putus meskipun beliau sudah berada dialam yang berbeda.

 

 

Foto 1.3 Cucu dan anak Beliau yang meninggal memegang tali.

 

Dalam perjalanan menuju pasangglahan , biasanya berbaris mulai dari Pengiring music, Wadah Abu, Lembu, tali membentang panjang yang berhubungan dengan bade. Lembu adalah sosok suci yang mengantarkan Roh menuju alamnya. Yakni ke alam baka. Surga dan juga neraka. Lembu adalah sapi putih, itulah mengapa didalam agama Hindu sangat dilarang memakan sapi yang berwarna Putih. Dalam perjalanan Menuju pasangglahan, biasanya umat hindu yang menjalankan pelebon harus melewati perempatan terdekat, dan memuatarinya selama 3x yang bertujuan agar sang jasad tidak bingung mencari jalan. Proses ini biasanya disebut dengan medaksina.

 

1.4 lembu di arak mengelilingi perempatan sebanyak 3x

 

Setelah lembu dan semua unsur kegiatan pelebon di arak mengellilingi perempatan, maka sudah saatnya menuju pasangglahan guna proses pengapian lebih lanjut.

 

1.5 lembu di pasangglahan

Lembu diletakkan diatas stana pembakaran, kemudian sang jasad dan harta serta perhiasan kependadeannya di arak mengelilingi lembu. Harta dan perhiasan kependadean tidak boleh di bagi kekeluarga, karena dapat memicu pertengkaran antar keluarga. Maka harta ini harus dibakar bersama sang jasad.

Setelah jasad diturunkan dari bade dan mengitari lembu, maka badan lembu dari atas dibuka guna memasukkan jasad kebadan lembu. Jasad dibakar bersamaan dengan lembu. Hingga akan muncul abu yang akan di arak menuju pantai.

 

Foto : 1.6 Lembu di bakar bersamaan dengan jasad

 

Foto 1.7 abu Jasad yang sudah dibakar. Bersiap untuk di kumpulkan untuk kemudian dilepas di pantai.

Ini adalah rangkaian budaya singkat dari proses Pelebon atau ngaben, di mana proses pelebon ini adalah rangkaian kegiatan pembakaran kakek saya yakni Ida Pedande Gde Putra Telage dari griya sweta. Dan saat ini beliau saya sungsung dirumah secara pribadi dengan menggap beliau sebagai Ida Bhatara Gde Putra Telage.

 

2. Budaya pawai Ogoh-Ogoh

Pawai ogoh mulai berkembang pada tahun 1992 untuk menyambut Tahun Baru Caka. Didalam perayaan Nyepi Umat Hindu butuh ketenangan dan kedamaian dan tidak di ganngu oleh makluk –Makhluk gaib seperti Raksasa. Maka Itu dibuatlah Ogoh-ogoh atau Butha Kala dalam bentuk raksasa namun ada juga yang dalam bentuk Dewa. Di dalam ogoh-ogoh yang dibuat, kamudian sang raksasa di sunsung dan disucikan untuk masuk kedalam badan Ogoh-ogoh tersebut. Kemudian di arak secara bersama-sama dengan warga 1 banjar/1 kampung. Setelah diarak dan di pawaikan. Maka ogoh2 tersebut di bakar bersama-sama dengan Rakasasa dalam bentuk gaib. Dengan harapan raksasa tersebut lenyap dan tidak mengganggu proses Brata Penyepian di keesokan harinya.

 

Foto 2.1 ogoh-ogoh dalam bentuk Dewa naramsimha yang membunuh raksasa Hiranyakasipu

 

 

Foto 2.2 proses pengarakan Ogoh-ogoh di Bali.

Pawai Ogoh-ogoh sangat populer di daerah Bali dan Lombok,  termasuk Di jawa namun di jawa tidak dalam jumlah yang besar. Pawai ogoh-ogoh hanya dapat dilakukan 1 tahun sekali. Atau satu hari sebelum perayaan hari raya Nyepi.

 

3. Budaya Nyepi Bratha

            Setiap agama memiliki cara yang berbeda-beda dalam menyambut Tahun barunya, di Indonesia Umat Hindu menggunakan tahun Caka (saka) yang tahun 2012 ini merupakan tahun caka yang ke 1934. Bukan berarti mat Hindu di dunia berusia 1934 tahun. Tahun caka merupakan tahun jawa di mana peradaban Hindu Di jawa di sudah berusia 1934 tahun.

 

Foto 3.1 suasana Perayaan Nyepi di Bali.

Biasanya dalam perayaan tahun baru orang-orang lebih memilih pesta pora dibandingkan merenung atas dosa dari tahun sebelumnya. Beda halnya dengan Umat Hindu. Dalam Penyambutan tahun Baru Caka, umat Hindu lebih memilih melakukan Catur Bratha Penyepian. Catur berarti 4, Bratha adalah bentuk pengendalian diri, Nyepi berarti diam atau sepi. Bagian –bagian dari Catur bratha penyepian adalah sbb :

Amati Geni :   tidak menyalakan Api

Secara Skala, amati  geni berarti tidak boleh menyalakan api, namun secara niskala amati geni berarti tidak boleh marah dan mengendalikan nafsu. Didalam agama Hindu Api adalah lambang kemarahan dan Nafsu.

Amati Karya : Tidak Boleh bekerja

Amati Karya berarti tidak boleh bekerja, dalam arti pekerjaan-pekerjaan yang mengasilkan uang. Uang dalam perspekti negatif dapat berarti simbol kesombongan dan kedengkian. Uang harus di gunakan dengan baik. Maka dalam perayaan Nyepi bekerja yang menghasilkan Uangpun dilarang.

Amati Lelungan : Tidak Boleh Bepergian

Umat Hindu  yang menjalankan Nyepi harus diam dirumah, dan tidak boleh berpergian. Dalam pandangan niskala. Amati leluangan harus memfokuskan Pikiran hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pikiran harus tetap Fokus kepada Beliau dalam bentuk perenungan  tanpa harus berpikir ke hal-hal lain

 

Amati Lelanguan : Tidak Boleh berpesta Pora

Pesta Pora dalam agama Hindu adalah simbol kedengkian, atau penghancur keImanan seseorang kepada Tuhan. Maka dari itu, dalam perayaan Tahun baru caka, umat Hindu harus fokus kepada perenungan. Tidak boleh bersenang-senang secara berlebihan.

 

4. Budaya tari-tarian dan alat musik Hindu.

            Untuk budaya tari-tarian Hindu lebih kental dengan tari-tari bali. Pada dasarnya tari Bali memiliki makna masing-masing disetiap tariannya. Ada tarian penghormatan kepada para dewa, para tamu, tarian dalam bentuk kesemestaan Tuhan Juga ada. Sejarah Tari Bali sangat sukar di kemukakan.

 

Foto 4.1 tari pendet

Yang jelas tari bali bukan hanya sekedar tari. Iringan musik dan tariannya pun sesuai. Inilah bentuk budaya bali yan kental di balik kesemstaan Hindu. Bagi mereka yang menikmati tarian sakral dengan iringan musik sakral akan merasakan getaran rohani dalam dirinya. Getaran rohani ini akan menuntut mereka yang merasakannya kejalan Dharma.

 

Foto 4.2 alat Musik tradisional bali

Foto di atas menunjukkan foto alat musik yang biasa dibilang Bleganjur yang sedang di bantenin. Proses Pembantenan ini bertujuan agar Roh-roh suci dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa berkenan memberkati alat musik tersebut agar mengeluarkan suara yang merdu.

 

Foto 4.3 Permainan alat music Tradisional Bali Di Pura Meru Lombok, NTB

 

5. Budaya Nyanyian Sakral Hindu

Nyannyain sakral Hindu atau Kidung adalah nyanyian sakral yang dilakukan sesaat sebelum persembahyangan diMulai. Kepercayaan Umat Hindu dimana para Dewa atau leluhur akan sangat senang jika dinyanyikan lagu Kidung. Maka dari itu pelantar Kidung harus memiliki suara yang bagus. Kidung yang paling terkenal di bali adalah Ida Ratu, Purwakaning dan Turun Tirta.

 

 

Demikian adalah serangkain budaya Hindu khususnya di Bali yang Mendunia, Di kemudian Hari saya akan usahakan untuk menampilkan budaya Hindu India yang mendunia.

*saya menerim kritik dan saran apabilan ada kesalahan saya dalam menyampaiakan informasi…

 

 

 

Budaya HIndu, Budaya bali, pelebon, ngaben, ida pedande gde putra telaga, tari, gong, beleganjur, nyepi, lembu, bade